Sabtu, 12 April 2014

Mengorbankan Mimpi (Cita-Cita) Demi Kehidupan Itu Sendiri

Written On: Sunday, April 06, 2014

Perjalanan hidupku sampai detik ini sehingga membawaku kembali merantau ke kota lain penuh dengan tanda-tanya. Saya tidak pernah menyangka bahwa hidup membawaku sampai ke kota ini, walaupun memang sebelumnya saya pernah berpikir untuk mencari pekerjaan di kota minyak ini. Sekali lagi saya menegaskan dari hati yang paling dalam sungguh berat meninggalkan kota Bandung yang sudah seperti kampung halaman saya. Bahkan saking sulitnya meninggalkan kota ini saya harus melakukan sholat istikhorah agar benar-benar diberikan petunjuk oleh Allah SWT. jalan mana yang harus saya ambil. Dan Alhamdulillah Allah SWT. memberikan jalan yang terbaik Insya Allah.

Dengan meninggalkan kota Bandung artinya sama saja saya harus meninggalkan cita-cita atau passion saya yang sangat besar. Saya harus meninggalkan bidang yang membuat saya betah berlama-lama berkecimpung di dalamnya. Passion yang selama ini menemani perjalanan kehidupan saya di kota Bandung yang penuh dengan lika liku. Passion yang memberikan saya kesempatan untuk berkenalan dan mengenal teman-teman futsal seperjuangan di kota Bandung. Teman-teman futsal yang sama-sama memiliki hasrat atau passion yang sangat dalam terhadap futsal. Teman-teman yang bersama-sama kami jatuh cinta terhadap olahraga yang satu ini.



Karena futsal lah kami rela untuk berpeluh keringat ditempa selama berjam-jam di lapangan futsal oleh pelatih. Namun semua latihan itu membuat kami, paling tidak bagi saya, tidak pernah mengeluh. Padahal kami tahu betul bahwa kami tidak mendapatkan bayaran sepeser pun ketika kami latihan futsal. Orang-orang pasti heran mengapa pemain futsal melakukan sesuatu hal yang tidak mendapatkan bayaran (latihan). Mengapa kami rela berkeringat dan menguras tenaga demi sesuatu yang tidak pasti. Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin hanysa satu, yaitu passion. Karena saya percaya segala hal mengenai passion tidak akan pernah bisa di ukur dengan materi.

Namun bagi saya petualangan bersama teman-teman futsal di Bandung untuk menggapai cita-cita dan mimpi harus berakhir. Saya kalah dengan kebutuhan hidup untuk menafkahi diri sendiri setelah saya lulus dari Universitas. Di titik ini saya menyadari bahwa realitas hidup tidak sejalan dengan mimpi-mimpi yang ingin kita wujudkan. Realitas secara perlahan namun pasti menerkam lalu membunuh passion itu. Passion yang dulunya berkobar-kobar seperti api unggun kini meredup seperti di siram air realitas yang kejam. Hati yang dulunya selalu mendukung passion ini perlahan-lahan menutup mata dan berbalik mendukung realitas.



Ya saya harus jujur terhadap diri saya sendiri bahwa memang di Negri kita ini, olahraga futsal belum bisa dijadikan sebagai lahan utam pencarian. Karena di Negri kita ini atlet futsal tidak mendapat jaminan apapun dari pemerintahnya. Bahkan pemain-pemain sekelas tim Pelindo pun mereka harus bekerja sambil tetap latihan futsal bersama perusahaan mereka. Tidak ada atlet futsal yang bisa hidup dari penghasilan sebagai pemain futsal tok. Lah wong mau dapat duit dari mana mereka selain duit kejuaraan itupun kalau tim mereka juara 1. Duit juara itu pun nantinya harus dibagi rata bersama-sama dengan 12-15 anggota dalam 1 tim. Sungguh menyedihkan bukan kalau tidak juara.

Sekali lagi saya pribadi menyadari betul keadaan pemain futsal di negri ini. Saya sendiri cukup lama di butakan oleh keadaan yang melenakan ini hanya sekedar memenuhi hasrat belaka. Sampai pada suatu titik mungkin Allah SWT. masih menyayangi saya dengan membuka mata hati saya melalui kata-kata kedua orang tua saya. Saya ingat betul nasehat beliau, “Nak, mau sampai kapan kamu hidup seperti ini. Bukalah matamu nak saat ini futsal belum bisa memberimu kehidupan yang layak. Perhatikan masa depanmu Nak karena kamu bisa lebih baik dari ini.” Mungkin seperti itu lah bunyi nasehat kedua orang tua saya yang saya bisa jelaskan.



Dulunya di awal-awal kuliah setelah saya berkecimpung di dunia futsal, pertama kali saya mengenal olahraga ini saya langsung jatuh cinta. Dari sinilah tekad saya sangat berkobar-kobar dan percaya inilah jalan kehidupan saya sebagai atlet futsal. Darah muda saya pada saat itu sangat mendidih saking semangatnya mengejar prestasi. Latihan bisa sampai setiap hari dalam seminggu yang tentu saja sangat melelahkan. Namun sekali lagi saya tekankan, ketika berbicara tentang passion maka kita tidak akan pernah mengenal kata lelah. Karena dalam passion, kita bekerja sambil bersenang-senang didalamnya.

Namun sambil berjalannya waktu dan bertambahnya usia dan tingkat pemikiran kita yang seharusnya lebih matang, realita akan berkata lain. Ya seperti yang saya katakana tadi realita secara perlahan namun pasti akan membuka pikiran kita. Dan beruntunglah bagi mereka yang dengan cepat merespon realitas yang mereka hadapi. Karena mereka berpacu dengan waktu dalam mengambil keputusan yang maha berat tentunya. Karena banyak kasus mereka harus mengorbankan sesuatu yang sangat mereka cintai demi keberlangsungan hidup mereka.


Sabtu, 05 April 2014

Kemenangan Untuk Seluruh Tim IT Department Chevron

Writtern On : April 1st, 2014

Alhamdulillah mungkin itu lah satu kata yang bisa mewakili perasaan saya pada hari ini. Bagaimana tidak, penyebabnya adalah karena hari ini tim kami dari IT Department 2 yang juga memiliki sebutan Persisam FC memenangkan pertandingan yang sangat menentukan. Kami dengan semangat dan kekompakan tim yang baik bisa mengalahkan salah satu tim kuat yaitu Persiba yang berisikan employee Chevron yang sangat mumpuni skil individunya. Dengan kemenangan ini tentunya kami memiliki peluang untuk lolos dari grup ini dan melaju ke babak knock out. Kemenangna 2-1 ini sangat berharga bagi tim kami karena pertandingan sebelumnya kami kalah 6-2.

Mungkin sebelumnya saya belum menceritakan lebih lanjut tentang liga sepakbola di perusahaan Chevron ini. Jadi tiap tahun Chevron mengadakan kompetisi sepakbola tepatnya mini soccer sih karena pemainnya bukan 11 vs 11 tapi 8 vs 8 mengingat bukan lapangan konvensional. Dalam kompetisi ini semua departemen di Chevron saling bertanding dalam kejuaraan mini soccer. Kompetisi ini bertujuan selain untuk ajang mempererat tali silaturrahmi antar pegawai Chevron juga untuk menyalurkan hobi para pegawai karena sepakbola sangat digemari di perusahaan ini. Ini terlihat dari antusias para pemain dan penonton yang selalu berjubel ke lapangan ketika pertandingan berlangsung.

Tapi sebagai informasi, setiap tim yang mendaftar tidak wajib menyertakan pemainnya hanya dari departemennya saja. Setiap departemen boleh merekrut pemain-pemain yang berada di luar departemen yang bersangkutan selama pemain tersebut masih pegawai di Chevron. Jadi tidak heran kompetisi ini juga memiliki sistem transfer antar departemen. Siapa yang cepat merekrut dan melihat pemain yang potensial maka dia akan mendapatkan keuntungan tentunya. Sehingga tidak heran dalam setiap tim di KLO (Kalimantan Operation) Football League ini banyak pemain yang di transfer dari departemen lainnya.

Kembali ke pertandingan sore tadi di lapangan Chevron Pasir Ridge, kedua tim menyuguhkan permainan yang menarik dan elok di mata. Bagaimana tidak karena kedua tim saling bergantian jual beli serangan yang mengancam gawang masing-masing tim. Namun tim kami lah Persisam dengan baju oranye yang mampu mencetak gol terlebih dahulu di babak ke 1 ini. Kebetulan yang mencetak gol ini adalah saya sendiri karena saya dipasang sebagai striker. Proses terciptanya gol ini cukup indah dan menarik karena melalui kerja sama yang apik dari tandem saya di depan yaitu Denis. Denis penetrasi dari sisi kanan pertahanana lawan, melewati satu pemain dan langsung mengirim umpan yang manis kepada saya di tiang dua. Dengan sekali sentuhan terjadilah gol dari kerja sama indah.

Saya merayakan gol ini dengan menghampiri Denis untuk merayakannya bersama-sama karena tentu tanpa umpan matang dari Dia, pasti tidak akan terjadi gol pertama kami ini. Kami setim bersuka cita merayakan gol pertama ini. Terlihat tim lawan mulai sedikit khawatir karena mungkin dari awal meremehkan tim kami karena kekalahan pertandingan pertama kami yaitu 6-2. Mungkin mereka berpikir kami akan dikalahkan dengan mudah sehingga mereka menganggap remeh kami. Mungkin saja dari situ (menganggap remeh) menjadi senjata kami untuk memberikan perlawanan yang sengit kepada mereka.
Kami sangat mengambil pelajaran dari kekalahan pertama kami. Kami tidak ingin jatuh ke lubang yang sama kedua kalinya. Maka itu kami menyusun strategi dengan sebaik-baiknya dan melengkapi pemain-pemain yang memiliki skil yang bagus baik untuk bertahan dan menyerang. Jadi pemilihan pemain pada pertandingan ini tidak asal-asalan seperti pada pertandingan pertama kami melawan Persebaya Surabaya. Menurut hemat saya, tim kami dalam pertandingan ini sangat kompak dan bekerja sama di posisi masing-masing. Yang saya garis bawahi ialah pertahanan tim kami yang sangat kokoh dengan kehadiran wajah-wajah baru.

Jika dalam pertandingan pertama pertahanan kami seperti di acak-acak oleh tim lawan, maka dipertandingan ini kejadian itu tidak terjadi lagi. Karena para pemain belakang kami sangat solid menjaga pertahanan kami sehingga hanya satu gol yang tercipta ke gawang kami. Kiper kami juga yang sangat bekerja keras dipermudah kerjanya dengan solidnya barisan pertahanan kami. Muka-muka baru ini lah di bagian pertahanan yang merubah wajah defender kami menjadi sangar dan susah ditaklukkan. Dengan kedisiplinan dan kekokohan mereka, para penyerang tim lawan banyak dibuat tidak berkutik oleh barisan pertahanan kami.

Setelah kami unggul dibabak pertama dengan kedudukan 1-0, maka dimulai lah kick off babak kedua. Karena ketinggalan, tim lawan langsung inisiatif untuk menyerang kami. Hasilnya mereka bisa menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Prosesnya striker mereka berhasil mengecoh pemain belakang kami dan dengan sentuhan biasa menceploskan bola ke pojong kanan gawang kami. Namun gol itu tidak berlangsung lama karena kami langsung membalasnya melalui gol akrobatik (salto) yang Alhamdulillah kebetulan di cetak lagi oleh saya. Sehingga kami bisa kembali memimpin pertandingan dengan skor 2-1.

Gol ini cukup menarik dan bisa dibilang sangat spektakuler karena tercipta degan tidak biasa. Gol akrobatik ini atau yang biasa disebut gol salto (gunting) saya cetak melalui refleks belaka. Saya tidak pernah menyangka sedikit pun mampu mencetak gol salto ini. Semuanya seperti berlangsung begitu cepat dan tidak bisa dibayangkan sebelumnya. Seperti terjadi begitu saja tanpa saya rencanakan dan inginkan. Bermula dari penetrasi dari sayap kanan yang lagi-lagi dilakukan oleh tandem saya, Denis. Dia membawa bola dan berhasil melewati satu lawan dan langsung mengirim umpan datar kepada saya.

Posisi saya sebenarnya kurang ideal untuk mencetak gol itu, namun saya mengusahakan langsung menyambar bola umpan Denis itu dengan satu sentuhan pelan yang langsung mengenai mistar gawang. Bola itu memantul kembali ke arah saya dari atas dan tanpa aba-aba (mungkin insting pada saat itu) saya langsung inisiatif salto dan menendang bola ke gawang dengan kepala di bawah. Kiper lawan yang sudah mati langkah karena ingin menutup tendangan pertama saya tadi tidak mampu melakukan apa-apa dan hanya bisa melihat bola yang di salto oleh saya. Dan akhirnya gol ke 2 pun tercipta melalui gol akrobatik yang sangat indah.

Tak disangka para pendukung kami dari Departemen IT langsung berhamburan masuk ke lapangan ikut merayakan gol bersama kami. Setelah mencetak gol saya memang langsung mengarah ke pendukung kami yang sangat banyak, dan saya kaget karena mereka berhamburan masuk ke dalam lapang dan merayakan gol tersebut bersama kami. Alhamdulillah saya sangat senang dan tidak percaya saya bisa menciptakan gol spektakuler tersebut. Dan saya lebih tidak percaya lagi pendukung kami merayakan gol tersebut dengan berhamburan masuk ke lapang dan memeluk saya setelah gol itu.


Jadi mungkin benar, kata syukur Alhamdulillha ini lah yang bisa mewakili perasaan saya hari ini karena tim underdog kami tak disangka bisa mengalahkan tim kuat Persiba. Walaupun saya yang memborong semua gol kami namun tanpa teman-teman tim di lapangan, gol ini tidak akan terjadi. Tanpa umpan Denis yang bagus saya mustahil mencetak kedua gol ini. Tanpa teman-teman defender yang menjaga gawang kami, tim kami tidak akan menang tanpa kedisiplinan mereka. Tanpa kiper kami yang bekerja keras dan jatuh bangun menghalau bola mustahil kami bisa menang. Jadi kemenangan kami hari ini adalah kemenangan tim. Tim Persisam IT Departemen 2. 

Keluarga Sederhana yang Baik Hati dan Saleh

Written On: Tuesday, March 18,2014

Minggu-minggu pertama saya tinggal di kota Balikpapan, untuk sementara saya numpang di rumah kakak kandung saya yang telah berkeluarga. Kakak pertama saya ini telah menetap hampir sekitar 10 tahun di kota ini. Beliau telah bekerja di perusahaan asing asal prancis yang berkecimpung di minyak dan gas. Kakak saya ini juga telah beristrikan wanita pribumi dan telah memiliki 3 anak yang lucu-lucu dan menggemaskan sebagai penyejuk hati orang tuanya. Kakak saya ini memiliki 2 orang putri dan 1 orang putra yang juga si bungsu. Anak pertama bernama Azka, anak kedua bernama Azkiah, dan si putra bungsu bernama Mushab.

Ketiga anak kakak saya ini meskipun sering ribut dan berisik namun mereka sangat lucu dan menggemaskan. Yah namanya juga anak kecil, jika ada sesuatu yang mereka inginkan maka pada saat itu juga harus dipenuhi. Dan jika tidak, maka bersiap-siaplah mendengar suara kapal pecah yang memekikkan telinga. Apa lagi si bungsu nih, Mushab, manjanya minta ampun. Dan segala sesuatu yang dia inginkan kalau tidak terpenuhi maka jurus andalannya adalah menangis sekencang-kencangnya. Saya kadang-kadang kasian melihat kakak saya dan istrinya yang tingkat kesabarannya udah level dewa kali. Apa lagi kakak saya nih kalau saya bilang sabarnya sih kelewatan.

Ilustrasi: Keluarga Soleh

Si bungsu dan si tengah (Azkiah) selalu menjadi musuh bebuyutan. Selalu tidak pernah ingin mengalah satu sama lain. Sering keduanya memperebutkan banyak hal, mulai dari mainan, minuman yang dibawah ayahnya, bahkan rebutan duduk di pangkuan ayahnya juga diperebutkan. Tapi bagaimanapun si bungsu akan selalu keluar sebagai pemenangnya karena kekuatan magis (tangis) yang dia miliki. Si bungsu yang masih cadel-cadelnya ini akan sekuat tenga untuk mengalahkan si tengah. Kadang pula si tengah akan berakhir dalam tangisan karena selalu disuruh mengalah oleh orang tuanya. Ya secara dimana-mana kakak selalu harus mengalah kepada si adik kan.

Nah ketika keduanya ini berantem, saya jamin siapapun tidak ingin berada di dekat mereka karena kebisingan tangisan dan pertengkaran mereka. Kadang-kadang saya hanya bisa memasang head seat ke telinga dan berdiam diri di kamar saking tidak kuatnya mendengar tangisan bocah-bocah ini. Sedangkan si sulung selalu berada di kubu yang netral tidak pernah memiliki musuh. Si sulung hanya bisa diam ketika si tengah dan si bungsu saling serang satu sama lain dan melemparkan tangisan mereka ke seluruh ruangan. Si sulung lebih sering menenangkan si bungsu yang keliarannya minta ampun deh tak terkontrol.

Pada Fitrahnya Manusia Mengharapkan Keluarga yang Soleh (Bahagia)

Tapi disinilah kekaguman saya muncul kepada kakak kandung saya ini. Akhlak beliau dalam mendidik keponakan-keponakan saya ini tidak pernah sekalipun, selama saya tinggal bersama mereka, memarahi atau menghardik dengan kasar dan suara yang menggelegar. Tidak pernah sekalipun. Kakak saya ini bahkan ketika menegur atau mengingatkan tetap dengan suara yang rendah dan  hampir tidak terdengar kalau kita tidak berada di dekat beliau. Tidak pernah sekalipun dia menaikkan intonasi suaranya kepada anak-anaknya. Kadang saya tidak habis pikir ketika kemanjaan si bungsu yang sudah tidak ketolong, dia malah menuruti permintaannya dari pada memarahi atau mencubit anaknya agar tidak meminta yang tidak-tidak.

Contohnya saja ketika kakak saya ini baru balik dari kantor, kebayang kan capek-capeknya pulang dari kantor bagimana, si bungsu langsung merengek dengan sangat ingin naik mobil dan diminta untuk membawa dia keliling. Bukannya malah menolak, kakak saya ini dengan penuh kesabaran tanpa keluhan sedikitpun menemani anaknya yang bungsu ini untuk berkeliling di kompleks perumahan tempat tinggal kami. Dan kejadian ini bukan hanya sekali loh, tapi sudah  berkali-kali saya menyaksikan kejadian ini berulang-ulang, ketika si bungsu merengek dan sangat memaksa dengan tangisannya untuk naik mobil. Inilah yang saya sebut dengan kesabaran tingkat dewa.

Ilustrasi: Lelaki Soleh; Taat Ibadahnya

Saya yakin jika ayah-ayah pada umumnya mendapatkan kasus yang sama seperti ini, akan melakukan hal sebaliknya. Pasti akan sangat sulit mengikuti sikap kakak saya ini ketika menghadapi anaknya yang sangat manja dan memaksa ini. Mungkin reaksi ayah-ayah yang lain kebanyakan akan marah dan menolak dengan keras paksaan anaknya itu. Si ayah pasti dengan kuasanya memarahi dengan suara yang keras dari tangisan anaknya untuk berhenti merengek dan diam. Bahkan dalam beberapa kasus, tamparan atau pukulan atau cubitan akan diberikan kepada anak yang merengek itu. Contohnya ketika masa kecil saya dan kakak saya tentunya, ayah bahkan ibu saya kompak akan mencubit bahkan memukul dengan rotan ketika kami bersaudara tidak bisa diatur.

Kalau kakak saya ini sangat sabar dan suaranya sangat pelan ketika berbicara dan menegur anaknya, berbeda dengan istri beliau. Istri beliau lebih keras dalam mendidik anak-anaknya. Bahkan kadang-kadang saya melihat istrinya frustrasi dan capek menghadapi bandelnya anak-anak mereka ketika diperintahkan sesuatu seperti pergi tidur, pergi mandai, gosok gigi. Hal-hal seperti itu semua istri kakak saya ini yang mengurus dan mengaturnya. Segala hal yang berkaitan dengan aktifitas harian anak-anaknya istrinya lah yang mengatur semua.

Keluarga yang Soleh Wujud dari Lelaki yang Soleh

Jadi kebayang kan bagaimana stressnya istri kakak saya ini kalau background agamanya tidak kuat. Namun ini lah faktor yang membuat pasangan suami-istri ini bisa sabar dan tabah menghadapi kebandelan dan kenakalan anak-anak mereka. Saya memang melihat kakak saya dan istrinya sangat menjunjung nilai-nilai agama dan mereka sangat religius. Kakak saya memang lulusan pesantren dan dia sangat taat menjalankan perintah agama. Begitupun ketika dia mencari istri, kecantikan dan kekayaan bukanlah yang dia cari namun kesolehan wanita yang akan dia nikahi dan bersama-sama mengaruhi mahligai rumah tangga mereka hanya semata-mata karena Allah Taala.

Karena faktor ini lah saya melihat meskipun betapa stressnya sebenarnya mereka mengurus anak-anak mereka namun mereka tidak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka tidak pernah menunjukkan ketidak harmonisan disebabkan anak-anak mereka. Mungkin karena pengaruh pendidikan agama mereka yang sangat kuat sehingga mempengaruhi cara mereka dalam mendidik anak. Mungkin bagi mereka mendidik anak adalah sebuah ibadah kepada Allah SWT. karena anak-anak adalah titipan dari Sang Pencipta Rabbul Alamin.

Alhamdulillah kakak saya dan istrinya selama saya tinggal bersama mereka, sangat baik hati terhadap saya. Mereka menerima saya dengan tangan terbuka dan tidak pernah mengeluh akan beban kehidupan mereka bertambah karena satu mulut lagi yang harus di suapin di rumah ini. Tidak, tidak sama sekali. Mereka tidak pernah memikirkan hal seperti itu, paling tidak itu yang saya lihat dari perlakuan mereka kepada saya selama saya numpang di rumah mereka. Saya sangat bersyukur kepada Allah bisa berada di lingkungan orang-orang yang saleh sehingga berdampak ke pribadi saya yang Alhamdulillah dengan izinnya terbawah saleh Insya Allah.

Tips Menjadi Keluarga Sakinah

Selama saya tinggal bersama mereka, sholat lima waktu saya selalu tepat waktu dan dilakukan di masjid dekat rumah. Bahkan sholat subuh, yang ketika saya masih tinggal di Bandung boro-boro tepat waktu atau di masjid, disini selalu tepat waktu dan saya lakukan sholat berjamaah di masjid. Itulah dampak yang dijanjikan oleh Allah ketika kita bergaul bersama orang-orang yang saleh. Kita bergaul dengan tukang parfum maka kita akan tertular wanginya dan jika kita bergaul dengan pandai besi maka kita akan tertular baunya juga.

Namun saya telah berjanji selama saya numpang di rumah kakak saya, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak merepotkan dan menyusahkan mereka. Saya bahkan melakukan apapun sendiri, ketika sudah makan saya akan langsung mencuci piring, sendok dan gelas saya sendiri. Saya mencuci pakaian saya sendiri. Walalupun sebenarnya kakak saya memiliki pembantu rumah tangga yang bertugas untuk membersihkan dan merapikan rumah mereka. Mulai dari mencuci baju, menyapu rumah, mencuci piring dan kerja bersih-bersih lainnya. Namun sekali lagi saya tidak ingin merepotkan mereka, saya akan berusaha melakukannya sendiri. Cukuplah saya diberi tempat tidur dan bisa makan 2 kali sehari, itu sudah sangat saya syukuri.


Sekali lagi saya sangat mengagumi dan sangat respek kepada kakak pertama saya ini. Akhlak dan tutur kata beliau tidak pernah sedikitpun saya lihat menyakiti orang lain disekitarnya. Beliau lebih sering mengorbankan kepentingannya sendiri untuk mendahulukan kepentingan orang lain. Saya kagum dengan prinsip beliau yang memegang teguh nilai-nilai agama Islam namun fleksibel dan tidak radikal. Saya sangat bersyukur bisa memiliki kakak kandung seperti beliau yang bisa dijadikan teladan dengan akhlaknya yang baik. Tentu saya berharap semoga saya bisa memiliki akhlak dan kesabaran seperti beliau ketika saya telah berkeluarga kelak. Amin ya Allah.

Sabtu, 29 Maret 2014

First Day at Work

Date: Monday, March 17, 2014

Well, ini adalah salah satu hari terbesar dalam hidup saya. Mengapa bisa begitu? Karena pada hari ini adalah hari pertama saya mulai bekerja di salah satu perusahaan asing yang cukup ternama di Indonesia. Ini adalah hari pertama yang sangat menentukan masa depan saya karena di perusahaan ini lah saya akan berkarir dan bekerja untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik Insya Allah. Ini adalah hari dimana mimpi-mimpi saya terdahulu ingin bekerja di salah satu perusahaan asing yang ternama akhirnya bisa terwujud. Mimpi seorang anak yang suka bermimpi suatu saat akan bekerja di perusahaan asing seperti pamannya yang sangat ia banggakan. Meskipun cita-cita terbesar saya adalah bisa bekerja di luar negri sesuai dengan skil atau kemampuan yang saya miliki.

Tapi mimpi untuk bekerja atau melanjutkan studi di luar negri baik itu di Eropa, di Amerika, atau di Negara-negara maju lainnya tidak akan pernah padam karena mimpi itu sudah terpahat mantap di dalam pikiran dan hati saya. Cahaya mimpi itu tidak akan pernah padam dimanapun saya berada sekarang. Karena mimpi itu yang akan membawa saya menjelajahi bumi Allah SWT. yang sangat luas ini. Mimpi yang akan mendorong saya melangkah keluar dari zona nyaman saya selama ini seperti katak dalam tempurung. Yaaa mimpi itu tidak akan pernah pudar sedikit pun meskipun sampai titik darah penghabisan saya akan mewujudkannya suatu saat kelak amin.

Ilustrasi Suasanan di Tempat Kerja

Kembali ke topik utama, dimana hari ini adalah hari pertama saya masuk kerja. Saya akan menceritakan segala hal hari pertama saya bekerja di perusahaan minyak ini. Saya diterima masuk bekerja di perusahaan juga melalui proses yang sama dengan yang lainnya. Saya memasukkan surat lamaran, CV, Ijazah dan lain-lain, kalian mungkin sudah tahu sendiri lah. Setelah itu proses wawancara yang tidak terlalu lama dan akhirnya langsung di terima di department IT perusahaan ini. Karena department ini sangat kebetulan membutuhkan satu posisi yang kosong karena ditinggalkan oleh karyawan sebelumnya yang saya tidak tahu alasannya kenapa.

Mungkin inilah nikmat dari Allah SWT. kepada saya yang memberikan saya kesempatan untuk bekerja diperusahaan minyak ini. Dan saya sangat bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan ini. Dimana begitu banyak lulusan sarjana sekarang yang mencari pekerjaan tapi Allah dengan kuasa-Nya mengasihani saya dan memberikan pekerjaan kepada saya. Meskipun latar belakang pendidikan saya berbeda dengan lahan pekerjaan saya sekarang namun itu tidak menutupi keahlian yang saya miliki sebagai ahli bahasa Inggris untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan ini. Karena tetap saja keahlian saya dibutuhkan untuk melayani klien-klien atau customer asing/bule yang memiliki masalah atau keluhan apapun dilingkungan perusahaan.

Kantor Utama Chevron di Pasir Ridge Balikpapan

Untuk di ketahui perusahaan minyak ini memiliki tiga cabang di Indonesia. Yaitu di Sumatera, Jakarta dan di Kalimantan tempat dimana saya bekerja sekarang. Nah di department IT ini bertugas mengurus segala kebutuhan dan fasilitas Teknologi Informasi yang dimiliki oleh perusahaan ini. Dari yang saya searching saya mendapat penejalasan tentang Managemen service teknologi informasi. Naha disini lah department saya memiliki tugas penting untuk memaintin dan mengelola sistem informasinya. Dan department saya bertugas melayani segala permintaan dan pertanyaan dari customer atau klien-klien di intern perusahaan sendiri.

Hari pertama ini tentu saja saya tidak langsung bekerja karena saya harus terlebih dahulu memahami tugas kerja dari department it. Sehingga hari pertama ini saya hanya diberikan tugas oleh coordinator IT (Pak Agus yang sangat ramah dan baik) untuk melihat-lihat teman-teman yang sudah berpengalaman bekerja. Saya hanya memperhatikan para service desk bekerja melayani para customer dengan sabar. Bagaimana metode mereka, apa yang mereka ucapkan kepada customer, pertanyaan-2 apa saja yang mereka dapatkan dari customer dan lain-lainnya.

Logo Chevron Corporation


Ini juga yang disebut masa training sebagai karyawan baru di perusahaan ini. Dan saya berharap dimasa training ini saya dengan cepat bisa beradaptasi dengan suasana kerja di kantor. Mungkin besok saya akan melanjutkan lagi lah. Udah ngantuk nih. Good Night. Assalamu alaikum.

Balikpapan: Kota Beriman; Ku Jaga, Ku Rawat, Ku Bela.

Judul tulisan diatas adalah slogan dari kota minyak ini. Yaitu Balikpapan kota beriman; ku jaga ku rawat dan ku bela. Sepintas dalam benak kita pasti memikirkan slogan yang unik dan menurut hemat saya sangat positif. Kota beriman berarti pemerintah kota ini memiliki visi dan misi yang sangat religius karena pemerintahnya menggunakan pendekatan spiritual dalam mengatur, mengolah, dan mengembangkan kota minyak ini. Mungkin, sepengetahuan saya, di Indonesia ini hanya kota Balikpapan yang dengan jelas-jelas menjadikan slogannya sebagai kota beriman. Suatu slogan yang sangat berani dan mulia.

Sebenarnya ini bukan pertama kali saya menginjakkan kaki saya di kota beruang madu ini (julukan lain kota Balikpapan). Beberapa tahun lalu ketika saya masih menginjak bangku SMA itu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota ini. Namun pada waktu itu saya hanya numpang lewat menuju pelabuhan karena saya dari kota tenggarong karena suatu hal. Jadi pada waktu itu saya tidak sempat menjelajahi sudut kota Balikpapan yang sangat indah ini. Nah sekarang setelah saya berkarir di kota ini, saya dengan leluasa dapat menjelajahi kota ini kemanapun saya mau. Melihat sudut kota Balikpapan yang belum saya ketahui sebelumnya.

Taman Bekapai Balikpapan

Banyak kesan yang terpatri dalam pikiran saya mengenai kota Balikpapan ini, bukan hanya satu tapi banyak hal. Pertama mungkin yang paling kerasa adalah cuacanya yang sangat jauh berbeda dengan kota tempat tinggal saya sebelumnya di kota Bandung. Jika di kota Bandung cucacanya dingin dan sangat sejuk yang membuat kita bisa sangat betah dan tergoda untuk menetap di kota kembang itu, di kota Balikpapan ini cuacanya panas dan lembab. Hampir mirip dengan cuaca di Jakarta atau mungkin seperti di Makassar. Namun bedanya walaupun cuacanya yang panas dan lembab namun nilai plus kota ini ialah lalu lintasnya yang tidak semrawut di Jakarta. Kemacetan di kota ini sangat kecil bahkan sangat minim.

Kemacetan sangat susah kita temui di kota ini, mungkin ada di beberapa titik tertentu. Namun selama hampir seminggu saya menetap di kota ini dan telah melalui jalan-jalan utama/protokol, seperti Jl.Jend.Sudirman, Jl.M.T.Haryono, dan Ring Road,saya belum pernah menemukan sekalipun titik kemacetan. Bahkan perjalanan dengan menempuh sepeda motor dari tempat saya ke tempat kerja saya yang cukup jauh hanya memakan waktu sekitar -+ 20 menit. Di jalan motor saya bisa melaju dengan cepat dan tanpa hambatan dan kemacetan. Padahal kota Balikpapan ini sudah sangat maju dan berkembang padahal kota ini bukan ibu kota propinsi.

Balikpapan juga dikenal dengan sebutan Kota Minyak

Selanjutnya kesan saya terhadap kota ini adalah sangat mengagetkan saya bahwa menurut data survey kota-kota besar di Indonesia Balikpapan adalah kota dengan biaya hidup yang paling tinggi se-Indonesia. Bayangkan brooo, se Indonesia, Jakarta aja kalah tuh yang orang bilang biaya hidup tertinggi. Contohnya aja, jika saya membeli nasi bungkus di Bandung dengan lauk standar saya masih bisa membelinya dengan harga kisaran Rp.6000-7000. Tapi di kota Balikpapan dengan makanan yang sama akan naik dua kali lipat bisa sampai Rp.15.000. Contoh lain, kos-kosan. Jika di Bandung harga 200rb kita sudah bisa mendapatkan kos-kosan yang sederhana namun jika di Balikpapan harga 200rb sudah tidak ada harganya, mungkin hanya bisa untuk kandang ayam. Hehe… Kosan yang paling sederhana di kota ini kita baru bisa mendapatkannya dengan harga 450rb ke atas dan itu tanpa fasilitas kecuali hanya kamar mandi. Harga 450rb/bulan di Bandung kita sudah bisa mendapatkan kosan yang super mewah kali ya yang ada AC dan TV nya.

Kota Balikpapan dikenal dengan sebutan kota minyak karena memang daerah disekitar kota ini dilampahi oleh Allah SWT. dengan kekayaan minyak yang entah kapan habisnya. Maka tidak heran begitu banyak perusahaan asing dari luar yang berlomba-lomba untuk mendirikan perusahaannya di kota ini. Sebut saja perusahaan Total yang basisnya berasal dari Prancis. Ada juga Chevron yang tidak kalah menterengnya yang memiliki basis dari Amerika Serikat dan masih banyak perusahaan asing lainnya yang ada di kota ini. Begitu besar potensi kota Balikpapan  ini sehingga kota ini masih sangat terbuka untuk perkembangan yang sangat pesat di masa depan.

Kota Balikpapan yang kaya akan minyak, Kota yang sarat Potensi

Meninggalkan Kota Yang Saya (Sangat) Cintai

Tepat tanggal 6 Maret 2014 hari kamis, saya memesan tiket pesawat Citylink ke kota Balikpapan provinsi Kalimantan Timur. Ini adalah salah satu keputusan yang terberat dan yang tersulit yang pernah saya buat dalam hidup saya. Bagaimana tidak kota Bandung yang selama 7 tahun telah saya tinggali dan bisa dibilang menjadi kota impian saya harus saya tinggalkan demi mendapatkan kehidupan (pekerjaan) yang lebih baik. Saya harus rela meninggalkan semua kenyamanan hidup di kota kembang ini, kota yang telah saya anggap sebagai kampung halaman saya meskipun saya tidak lahir di kota ini.

Semua pendatang yang pernah singgah atau menetap di kota ini sebagian  besar mungkin setuju dengan pendapat bahwa kota ini membuat siapapun akan betah berlama-lama tinggal. Dengan iklimnya yang sejuk tidak panas seperti kota-kota besar pada umumnya, kehidupan sosialnya yang tidak seperti di Ibu kota Jakarta, pemandangan alamnya yang sangat indah dan menyenangkan, wisata kulinernya yang begitu memanjakan perut kita, kreatifitas anak mudanya dalam berseni dan berwira usaha, wisata fashion dan produk-produk lokalnya yang sangat banyak adalah beberapa alasan yang membuat saya jatuh cinta kepada kota ini. Dan tentu jangan kita lupakan daya tarik mojang Bandungnya yang sudah melegenda di seluruh Indonesia (lebay banget deh).

Gedung Sate Bandung

Selain alasan-alasan di atas yang membuat saya betah tinggal di kota ini, salah satu alasan lainnya adalah kota ini juga termasuk kota pendidikan di Indonesia selain Yogyakarta. Kota Bandung memiliki Universitas Negri yang sangat termashur di Indonesia. Ada 3 universitas negri di kota ini yang masuk ke dalam 10 besar universitas terbaik se-Indonesia. Tiga universitas tersebut di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang merupakan almamater saya. Ketiga universitas ini tiap tahunnya selalu menjadi salah satu tujuan favorit bagi para lulusan SMA se-Nusantara untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Di kota ini kita bisa merasakan suasana pendidikan yang sangat kental. Kegiatan akademik sangat terasa mengalir di setiap denyut jantung kota ini. Kota ini juga bisa dibilang kota Nusantara dikarenakan mahasiswanya berasal dari seluruh daerah di Indonesia mulai dari sabang sampai merauke. Walaupun saya tidak memiliki data yang pasti namun mungkin sebagian besar orang akan setuju dengan pendapat ini. Kampus ITB terutama merupakan universitas favorit di antara universitas negri di kota ini. ITB selalu berada di tingkat teratas universitas terbaik di Indonesia bersaing dengan Universitas Indonesia di Depok dan Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

Saya tidak bisa membohongi hati nurani saya sendiri bahwa sejak pertama kali menginjakkan kaki saya di kota ini saya sungguh jatuh cinta. Seperti sepasang kekasih yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitupun dengan kasus saya pribadi saya jatuh cinta kepada kota ini pada pandangan pertama. Masih teringat jelas di benak saya pertama kali ketika saya memutuskan pindah dari Jakarta ke Bandung setelah menetap selama 3 bulan di Jakarta, saya naik bus dari terminal kampung rambutan. Saya masih ingat jelas Bus Budiman lah yang saya naiki pada saat itu. Dan lagu yang menyambut saya  di dalam Bus itu adalah salah satu lagu daerah sunda yang sangat terkenal dan fenomel “Talak Tilu” (kalau gak salah ya) yang liriknya masih saya ingat jelas ‘nyeri-nyeri-nyeri………………diumbaran’  dan blaaa..blaaa..blaaa. 

Jembatan Layang Pasupati

Pada saat itu saya memiliki firasat kota yang akan saya tuju ini adalah kota yang unik dan menarik. Dan tentu saja hal ini terbukti karena selama 7 tahun saya sangat betah dan kerasan tinggal di kota ini. Mungkin dari sekian alasan yang sudah saya tulis diatas ada dua alasan utama yang membuat saya jatuh cinta kepada kota ini. Yang pertama adalah cuaca atau iklim kota ini yang sangat sejuk. Dibandingkan kota-kota besar lainnya di negri ini, kota Bandung mungkin satu-satunya ibukota provinsi yang letaknya tidak dekat dari pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan. Letaknya di tengah-tengah pegunungan Jawa Barat yang memungkinkan cuaca dan iklim di kota Bandung sangat sejuk.
Mungkin setiap orang memiliki pendapat yang berbeda tentang hal ini, dan tentu saja saya sangat menghormati dan menghargai pendapat masing-masing orang. Kita tidak bisa memaksakan pendapat kita sama dengan pendapat orang lain karena setiap individu memiliki sisi pribadi yang unik satu sama lain. Tapi bagi saya pribadi cucaca Bandung yang masih segar dan sejuk membuat saya betah tinggal di kota ini.

Alasan kedua ini mungkin sudah sangat klise di masyarakat dan mungkin semua orang sudah tahu alasan ini, yaitu mojang Bandungnya. Saya sendiri tidak mengerti mengapa di kota ini remaja-remaja wanitanya begitu enak dipandang dan elok dimata. Kita akan berlama-lama memandang lekat jika ada wanita yang lewat dihadapan kita. Contoh nyata saja, teman-teman wanita di kelas saya bisa dibilang tidak ada produk gagal, semuanya cantik-cantik (kegeeran nih semua cewek NonDik A 2006 hahaha…). Walaupun jika ada yang kurang cantik tapi mereka pintar mensiasatinya dengan kecerdasan mereka dalam berdandan dan bersolek ria. Saya mengakui daya tarik terbesar wanita Bandung terletak pada kehebatan mereka berdandan dan memadupadankan pakaian mereka.

Taman Musik Epicentrum Bandung

Bahkan cewek-cewek Bandung bisa dibilang menjadi trend center fashion bagi cewek-cewek di Indonesia ini. Ini didukung dengan fakta bahwa Bandung adalah kota fashion terbesar di Indonesia. Tentu tidak ada yang tidak mengenal dengan industry Distro di Indonesia dimana Bandung adalah pusat dan pencetus industry distro. Mungkin itu jugalah salah satu faktor mengapa kota Bandung disebut dengan Paris Van Java. Karena menjadi trend center fashion terbesar  dan ter up to date di seluruh Indonesia. 

Kalau kalian tidak percaya kalian bisa buktikan sendiri ke kota Bandung. Bahkan cewek penjual pulsanya aja cantik dan manis. Pelayan-pelayan di restaurant atau di rumah-rumah makan sama cantiknya juga. Walaupun saya tidak ingin mengeneralisir bahwa semua wanita Bandung itu cantik tapi pada umumnya ya begitu.



Itulah mungkin banyak hal yang tidak bisa saya lupakan dari kota ini, kota yang mungkin sudah menjadi takdir dalam hidup saya untuk saya lalui. Itu jugalah mungkin alasan nama saya seperti kebanyakan nama orang sunda (Ade Wirama) padahal saya tidak memiliki darah sunda. Ayah saya lah yang memberi nama ini karena ketika Ayah saya bekerja di salah satu perusahaan asing di Soerako, beliau memiliki teman yang sangat dekat yang berasal dari kota Bandung. Sehingga suatu saat dia berjanji akan memberikan nama anaknya sesuai dengan nama temannya itu. Itu yang diceritakan oleh Ayah saya mengapa saya diberi nama seperti ini. Ya mungkin itulah suratan takdir.

Sebenarnya hati saya sangat berat untuk meninggalkan kota ini, melihat justru sekarang ini Bandung dengan walikota barunya (yang saya kagumi) mulai berbenah menampilkan wajah barunya yang sangat indah dan menarik. Justru di saat Bandung di pimpin oleh orang yang benar-benar memikirkan rakyatnya saya harus meninggalkan kota ini demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di kota Balikpapan. Saya masih sempat melihat kinerja walikota baru dengan sentuhannya dia menyulap taman-taman yang dulunya tidak menarik sekarang begitu nikmat untuk dikunjungi. Lihat saja beberapa taman yang sudah ada seperti Taman Jomblo yang sangat iconic, taman musik Bandung, taman lansia dan taman-taman lainnya yang dilengkapi dengan Wi-Fi gratis.

Taman Pasupati (a.k.a. Taman Jomblo)

Sabtu, 15 Maret 2014

Tidak Ada Kata Terlambat

Well, awalnya tujuan utama saya membuat blog ini semata-mata untuk menulis rekaman perjalanan kehidupan futsal saya. Sebuah bidang olahraga yang menjadi passion dan cita-cita terbesar dalam hidup saya. Blog ini pada awalnya bertujuan ingin berbagi segala sesuatu tentang olahraga futsal yang semakin berkembang di negara kita ini, Indonesia. Dimana masih sedikit bahkan bisa di hitung jari insan-insan perfutsalan Indonesia yang memiliki blog sebagai wadah untuk berbagi manfaat atau sekedar sharing tentang olahraga futsal.

Namun dalam perjalanan kehidupan saya belakangan ini dan kembali mengevaluasi sampai mana pencapaian saya dalam olahraga yang saya cintai ini, maka dengan berat hati saya harus segera banting setir demi berfikir realistis untuk masa depan saya. Pada awalnya saya begitu yakin bahwa di futsal ini lah saya akan berkarir dan mendapatkan penghasilan hidup untuk masa depan saya. Namun melihat kondisi perfutsalan kita di negara ini yang masih jauh tertinggal dengan negara-negara asia dan eropa lainnya, pikiran saya mulai terbuka (walaupun terlambat) bahwa passion saya ini belum bisa menghidupi dan mencerahkan masa depan saya.

Oleh karena itu saya harus cepat mengambil keputusan dan merubah haluan hidup saya sehingga saya bisa hidup mandiri dan tidak tergantung lagi dengan orang tua saya. Tolak ukur saya mengapa saya gantung sepatu dari dunia futsal sangat lah sederhana, futsal belum bisa memberikan penghasilan tetap bagi para pemainnya. Saya sangat tahu jelas teman-teman saya sesama pemain futsal hanya mengandalkan hadiah dari kompetisi dimana mereka menjuarainya. Namun sebenarnya ini lah yang membuat saya sedih. Bagaimana tidak rata-rata hadiah kompetisi futsal di Bandung (mengingat dulu saya berdomisili di Bandung) dalam kategori umum paling tinggi 2-3 juta. Bayangkan jika puluhan tim yang ikut di kompetisi tersebut hanya memperebutkan hadiah yang bisa dibilang tidak seberapa itu, dan harus lagi dibagi 14 orang dalam satu  tim. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya mencari kehidupan di lapangan futsal hanya melalui kompetisi-kompetisi.

Saya sangat menyadari dan begitupun teman-teman seperjuangan saya sesama pemain futsal sangat menyadari keadaan ini. Namun karena kecintaan dan jiwa raga kami hanya untuk futsal, kami bisa mengesampingkan hal itu (untuk sementara). Passion kami terhadap futsal bisa membutakan rasionalitas kami bahwa futsal di negara tercinta ini belum bisa mensejahterakan kehidupan  para pemain futsal. Hanya kecintaan yang mendalam terhadap hobbi ini yang membutakan kami bahwa mau sampai kapan kami harus seperti ini.

Tapi bagi saya pribadi tidak pernah ada kata penyesalan sedikitpun dalam hati saya bahwa saya pernah terjun ke dunia futsal, tidak sama sekali. Bahkan dari dunia futsal inilah banyak hal yang dapat saya petik sebagai pelajaran kehidupan di masa depan. Dengan futsal perkenalan saya dengan orang-orang tidak hanya sebatas di kota Bandung saja. Saya bisa mengenal teman-teman sesama pemain futsal di seluruh Indonesia melalui kejuaraan-kejuaraan Nasional. Saya tidak akan pernah menyesal sekali lagi. Tidak akan pernah.

Sebagai penutup blog ini akan saya gunakan sebagai tempat untuk mengekspresikan segala hal yang saya senangi, seperti kehidupan, perjalanan, petualangan, musik, film-film, kebudayaan, novel, bahkan futsal  itu sendiri. Saya tentunya tidak akan meninggalkan futsal secara total. Meskipun sekarang saya sudah tidak aktif lagi sebagai pemain futsal baik amatir maupun profesional tapi saya tetap bisa menjadi pelatih dan berbagi ilmu futsal yang saya peroleh selama ini kepada orang lain. Mungkin sudah saatnya saya memberikan kesempatan kepada generasi yang lebih muda jika ingin melanjutkan karir di dunia futsal. Mungkin sudah saatnya saya hanya bisa berbagi ilmu saja.

Karena meskipun sekali lagi saya baru menyadari bahwa kehidupan ini begitu singkat jika kita hanya mengisinya dengan satu warna saja padahal banyak sekali warna-warni yang menarik di luar sana yang bisa mengisi, mewarnai, mencerahkan kehidupan kita seperti musik, film, budaya, perjalanan, petualangan, pendidikan, novel, buku-buku, dan kehidupan itu sendiri. Jadi intinya saya tidak ingin menyia-nyiakan hidup saya ini hanya bergelut dalam satu bidang saja. Saya ingin mewarnai kehidupan saya dengan banyak hal, dengan melakukan banyak hal, dan pergi ke banyak tempat. See you in next chapter.